MAKALAH INFLASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

 Makalah Inflasi dalam Perspektif Islam

BAB 1

PENDAHULUAN

 

 

1.      Latar Belakang

Inflasi merupakan masalah yang terus menerus menjadi perhatian pemerintah. Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena hal itu sangatlah sulit, yang paling penting adalah mengusahakan untuk menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi antara lain dengan kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan-kebijakan lain yang bertujuan menurunkan tingkat inflasi. Bagaimanakah Ekonomi konvensional dan ekonomin  Islam menangani masalah inflasi, hal itu akan di bahas dalam makalah ini.

2.      Rumusan Masalah

a.  Pengertian Inflasi

b.  Macam-Macam inflasi

c.  Sebab akibat inflasi

d. Hubungan inflasi dengan pengangguran

e.  Solusi dalam prespektif Islam

3.      Tujuan penulisan

a.       Mengetahui inflasi dalam perspektif islam

b.      Mengetahui faktor yang menyebabkan infalsi dan efek inflasi

c.       Cara mengatasi inflasi dalam perspektif islam

 

                                                                             BAB II

PEMBAHASAN

 

1.      PENGERTIAN INFLASI

Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Syarat adanya kecenderungan menaik yang terus menerus juga perlu diingat, karena kenaikan harga karena musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali saja, dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi.

Jika seandainya harga-harga dari sebagian barang diatur pemerintah, maka harga-harga yang dicatat oleh biro statistik mungkin tidak menunjukkan kenaikan apapun karena yang dicatat adalah harga-harga “resmi” pemerintah. Tetapi kenyataan yang terjadi ada kecenderungan bagi harga-harga untuk terus menaik. Dalam hal inflasi sebetulnya ada, tetapi tidak diperlihatkan. Keadaan ini disebut “suppressed inflation” atau “inflasi yang ditutupi” , yang pada suatu waktu aka terlihat karena harga-harga resmi makin tidak relevan dalam kenyataan. Umumnya inflasi diukur dengan perubahan harga kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus.

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:

1.      Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id]

2.      Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

Banyak fakor yang menyebabkan terjadinya inflasi, diantara faktor tersebut ada yang bersifat ekonomi namun bias juga disebabkan kebijakan pemerintah. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi inflasi antara lain:

1.      Meningkatnya kegiatan ekonomi sehingga mendorong peningkatan permintaan agregat namun tidak diimbangi dengan meningkatnya penawaran agregat karena adanya kepada kendala struktural perekonomian.

2.      Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan seperti kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), listrik, air minum, menaikkan upah minimum tenaga kerja swasta dan gaji pegawai negeri diperkirakan memberikan tambahan terhadap inflasi.

3.      Melemahnya Nilai Tukar Rupiah sehingga harga cenderung naik dan sulit untuk turun apabila nilai tukar rupiah menguat.

4.      Tingginya ekspektasi inflasi masyarakat, artinya ada kecenderungan masyarakat yang sangat tinggi terhadap konsumsi sehingga memicu kenaikan harga-harga barang.

Jenis – Jenis Inflasi

Inflasi dapat dibedakan menjadi 3 jenis yakni berdasarkan tingkat keparahan, penyebab, dan sumbernya. Berikut adalah penjelasan selengkapnya sebagai berikut :

1. Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dibagi menjadi 4 diantaranya :

1.      Inflasi Ringan yakni suatu inflasi yang mudah untuk dikendalikan dan belum begitu menganggu perekonomian suatu negara. Terjadi kenaikan harga suatu barang/ jasa secara umum, yaitu di bawah 10% per tahun dan dapat dikendalikan.

  1. Inflasi Sedang yakni suatu inflasi yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat berpengahsilan tetap, namun belum membahayakan kegiatan perekonomian suatu negara. Inflasi ini juga berada di kisaran 10% – 30% per tahun.
  2. Inflasi Berat adalah suatu inflasi yang mengakibatkan kekacauan perekonomian di suatu negara. Pada kondisi ini umumnya masyarakat lebih memilih untuk menyimpan barang dan tidak mau menabung karena bunganya jauh lebih rendah ketimbang nilai inflasi. Inflasi ini berada pada kisaran 30% – 100% per tahun.
  3. Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation) merupakan inflasi yang telah mengacaukan perekonomian suatu negara dan sangat sulit untuk dikendalikan meskipun dapat dilakukan kebijakan moneter dan fiskal. Inflasi ini juga berada di kisaran 100% ke atas per tahun.

2. Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi 2 adalah sebagai berikut :

1.      Demand pull inflation yakni suatu inflasi yang terjadi karena permintaan akan barang/ jasa lebih tinggi dari yang bisa dipenuhi oleh produsen.

  1. Cost push inflation yaitu inflasi yang terjadi karena terjadi kenaikan biaya suatu produksi sehingga harga penawaran barang naik.
  2. Bottle neck inflation merupakan suatu inflasi campuran yang disebabkan oleh faktor penawaran atau faktor permintaan.

3. Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya, inflasi dapat dibedakan menjadi 2, yakni :

1.      Domestic inflation yakni inflasi yang bersumber dari dalam negeri. Inflasi ini terjadi karena jumlah uang di masyarakat sangat lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Inflasi jenis ini juga dapat terjadi ketika jumlah suatu barang/ jasa tertentu berkurang sedangkan permintaan tetap sehingga harga-harga naik.

  1. Imported inflation adalah suatu inflasi yang bersumber dari luar negeri. Inflasi ini terjadi pada negara yang melakukan perdagangan bebas dimana ada kenaikan suatu harga di luar negeri. Contohnya saja Indonesia yang melakukan impor barang modal dari negara lain. Ternyata harga barang-barang modal di negara tersebut naik, jadi kenaikan harga tersebut berdampak bagi Indonesia sehingga mengakibatkan inflasi.

2.      Dampak dari Inflasi

Mengacu pada pengertian inflasi di atas, suatu kondisi ekonomi ini memiliki dampak positif dan negatif bagi suatu negara. Berikut ini adalah beberapa dampak inflasi secara umum diantaranya :

1. Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan

Inflasi dapat juga memberikan dampak positif dan negatif terhadap pendapatan masyarakat. Pada kondisi tertentu, misalnya inflasi lunak, justru akan mendorong para pengusaha untuk memperluas suatu produksi sehingga meningkatkan perekonomian.

Namun, inflasi juga akan berdampak buruk bagi mereka yang berpenghasilan tetap karena nilai uangnya tetap sedangkan harga barang/ jasa naik.

2. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor

Kemampuan ekspor suatu negara akan dapat berkurang ketika mengalami inflasi, karena biaya ekspor akan lebih mahal. Selain itu, daya saing barang ekspor juga dapat mengalami penurunan, yang pada akhirnya pendapatan dari devisa pun berkurang.

3. Dampak Inflasi Terhadap Minat Menabung

Seperti yang telah disebutkan pada pengertian inflasi di atas, pada suatu kondisi inflasi minat menabung sebagian besar orang akan berkurang. Alasannya, karena pendapatan dari bunga tabungan ini jauh lebih kecil sedangkan penabung harus membayar biaya administrasi tabungannya juga.

4. Dampak Inflasi Terhadap Kalkulasi Harga Pokok

Kondisi inflasi akan mengakibatkan perhitungan penetapan harga pokok yang menjadi sulit karena bisa menjadi terlalu kecil atau terlalu besar. Persentase inflasi yang terjadi di masa depan seringkali tidak dapat diprediksikan secara akurat.

Hal ini kemudian akan membuat suatu proses penetapan harga pokok dan harga jual menjadi tidak akurat. Pada kondisi tertentu, inflasi ini juga akan membuat para produsen kesulitan dan mengakibatkan kekacauan perekonomian.

Cara mengatasi Inflasi

Tingkat inflasi yang terlalu tinggi bisa membahayakan perekonomian suatu negara. Oleh sebab itu, inflasi harus dapat segera diatas. Tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi suatu inflasi dapat berupa :

1. Kebijakan Moneter

  • Kebijakan penetapan persediaan kas : Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan untuk menetapkan persediaan uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank. Dengan mewajibkan bank-bank umum yang dapat diedarkan oleh bank-bank umum menjadi sedikit. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi juga dapat ditekan.
  • Kebijakan diskonto : Untuk dapat mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto yaitu dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya ialah agar masyarakat terdorong untuk menabung. Dengan demikian, dapat diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.
  • Kebijakan operasi pasar terbuka : melalui kebijakan ini, bank sentral juga dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga, contohnya saja Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual, maka jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi. 

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan suatu langkah untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan itu juga dapat memengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan itu diantaranya :

  • Menghemat pengeluaran pemerintah : Pemerintah dapat juga menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan akan barang dan jasa dapat berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.
  • Menaikkan tarif pajak : Untuk menekan suatu inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk rumah tangga dan suatu perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat konsumsi juga dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.

3. Kebijakan Lain di Luar Suatu Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

Untuk bisa memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah juga masih mempunyai cara lain. Cara-cara dalam mengendalikan inflasi diantaranya :

  • Meningkatkan produksi dan menambah jumlah barang di pasar : Untuk menambah suatu produksi, pemerintah dapat mengeluarkan produksi. Hal itu dapat juga ditempuh, dengan misalnya, dengan memberi premi atau subsidi pada suatu perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran suatu impor. Misalnya, dengan menurunkan bea cukai masuk barang impor.
  • Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang : Penetapan suatu harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat juga dikendalikan. Tetapi penetapan itu juga harus  bisa realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, akan berakibat terjadi pasar gelap (black market).

TEORI-TEORI INFLASI

Secara garis besar 3 kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi, yaitu :

1.      Teori Kuantitas

Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari sisi jumlah uang yang beredar, dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectation) inti dari teori ini adalah :

  1. Inflasi hanya bias terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar (berupa penambahan uang cartal atau penambahan uang giral).
  2. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.

2.      Teori Keynes

Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyrakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini adalah proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok social yang menginginkan bagian yang lebih besar dari pada yang bias disediakan oleh masyarakat. Proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (timbulnya inflationarygap).

3.      Teori Strukturalis

Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara Amerika latin. Teori ini member tekanan pada ketegaran (rigiditas) dari struktur perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian(faktor-faktor ini hanya bias berubah secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang. Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang di Negara-negara yang sedang berkembang.

  1. Jumlah uang yang beredar bertambah secara pasif mengikuti dan menampung kenaikan harga barang-barang tersebut. Proses inflasi tersebut dapat berlangsung terus hanya bila jumlah uang yang beredar juga bertambah terus. Tanpa kenaikan jumlah uang, proses tersebut akan berhenti dengan sendirinya. (juga dalam teori Keynes dan teori kuantitas).
  2. Tidak jarang faktor-faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab yang paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100% struktural. Sering dijumpai bahwa ketegaran-ketegaran tersebut disebabkan oleh kebijaksanaan harga/moneter pemerintah sendiri.

3.      Hubungan Antara Inflasi dengan Pengangguran

Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang kompleks. Inflasi memiliki hubungan dengan banyak masalah ekonomi yang lain. Inflasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah ekonomi lain tersebut. Salah satu masalah ekonomi yang berhubungan dengan inflasi adalah pengangguran. Lantas, bagaimana hubungan antara inflasi dengan pengangguran?

Selama bertahun-tahun, para ekonom telah mempelajari hubungan antara pengangguran dan inflasi upah serta tingkat inflasi keseluruhan. A.W. Phillips adalah salah satu ekonom pertama yang menyajikan bukti kuat tentang hubungan terbalik antara pengangguran dan inflasi upah. Phillips mempelajari hubungan antara pengangguran dan tingkat perubahan upah di Inggris selama hampir satu abad penuh, yaitu dari tahu 1861 hingga 1957.

Phillips berhipotesis bahwa ketika permintaan tenaga kerja tinggi dan ada beberapa pekerja yang menganggur, pengusaha dapat diharapkan untuk menawar upah dengan cukup cepat. Namun, ketika permintaan tenaga kerja rendah dan pengangguran tinggi, pekerja enggan menerima upah lebih rendah dari tingkat yang berlaku. Implikasinya adalah tingkat upah turun sangat lambat.

Faktor kedua yang mempengaruhi perubahan tingkat upah adalah tingkat perubahan pengangguran. Jika bisnis sedang dalam keadaan baik, pengusaha akan mengajukan penawaran lebih keras untuk pekerja. Hal ini menandakan bahwa permintaan akan tenaga kerja meningkat dengan cepat daripada jika permintaan akan tenaga kerja tidak meningkat atau hanya meningkat dengan lambat.

Karena upah dan gaji adalah biaya input utama bagi perusahaan, kenaikan upah harus mengarah pada harga yang lebih tinggi untuk produk dan jasa dalam suatu ekonomi, yang pada akhirnya mendorong tingkat inflasi keseluruhan yang lebih tinggi. Akibatnya, Phillips membuat grafik hubungan antara inflasi harga umum dan pengangguran, bukan inflasi upah. Grafik tersebut dikenal sebagai Kurva Phillips.

Kurva Philips jangka pendek dapat digambarkan sebagai:





Dari grafik Kurva Philis tersebut dapat dilihat bahwa tingkat inflasi dan pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka tingkat pengangguran akan menurun, begitupun sebaliknya.

Bantahan Teori Kurva Philips

Seperti halnya pada teori-teori lain, ada teori yang juga membantah teori kurva Philips. Pada akhir tahun 1960-an, sekelompok ekonom moneteret yang dipimpin oleh Milton Friedman dan Edmund Phelps, berpendapat bahwa Kurva Phillips tidak berlaku dalam jangka panjang. Mereka berpendapat bahwa dalam jangka panjang, ekonomi cenderung akan kembali ke tingkat pengangguran alami. Hal ini terjadi karena tingkat pengangguran pada jangka panjang akan menyesuaikan tingkat inflasi.

Tingkat alami yang dimaksud adalah tingkat pengangguran jangka panjang yang diamati setelah efek dari faktor siklus jangka pendek telah menghilang dan upah telah disesuaikan ke tingkat dimana pasokan dan permintaan di pasar tenaga kerja seimbang. Jika pekerja mengharapkan harga naik, mereka akan menuntut upah yang lebih tinggi sehingga upah riil mereka yang disesuaikan dengan inflasi menjadi konstan.

Saat kebijakan moneter atau fiskal diberlakukan untuk menurunkan pengangguran di bawah tingkat alami, peningkatan permintaan yang dihasilkan akan mendorong perusahaan dan produsen untuk menaikkan harga lebih cepat. Ketika inflasi meningkat, pekerja dapat memasok tenaga kerja dalam jangka pendek karena upah yang lebih tinggi. Hal ini akan mengarah pada penurunan tingkat pengangguran. Namun dalam jangka panjang, ketika pekerja sepenuhnya menyadari hilangnya daya beli mereka dalam keadaan inflasi, kesediaan mereka untuk memasok tenaga kerja berkurang dan tingkat pengangguran naik ke tingkat alami. Namun, inflasi upah dan inflasi harga umum terus meningkat.

Oleh karena itu, dalam jangka panjang inflasi yang lebih tinggi tidak akan menguntungkan ekonomi melalui tingkat pengangguran yang lebih rendah. Dengan cara yang sama, tingkat inflasi yang lebih rendah seharusnya tidak menimbulkan biaya pada ekonomi melalui tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Karena inflasi tidak berdampak pada tingkat pengangguran dalam jangka panjang, kurva Phillips jangka panjang berubah menjadi garis vertikal pada tingkat pengangguran alami. Garis merah pada kurva di bawah ini merupakan Kurva Philips jangka panjang. Garis vertikal tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang tingkat inflasi tidak berhubungan dengan tingkat pengangguran.



Temuan Friedman dan Phelps memunculkan perbedaan antara kurva Phillips jangka pendek dan jangka panjang. Kurva Phillips jangka pendek termasuk inflasi yang diharapkan sebagai penentu tingkat inflasi saat ini.

Terlepas dari hubungannya dengan tingkat pengangguran, ternyata inflasi juga memiliki pengaruh terhadap lapangan pekerjaan. Inflasi dinilai dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Asumsi tersebut didukung oleh pernyataan Irving Fisher yaitu inflasi cenderung meningkatkan penjualan dan harga jual lebih cepat daripada meningkatkan biaya.  Namun keadaan dimana inflasi dapat meningkatkan lapangan pekerjaan dapat terjadi hanya saat inflasi tidak terduga.

Hal yang Menyebabkan Kurva Phillips Bergeser

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kurva Phillips merupakan kurva yang menunjukkan hubungan antara inflasi dan pengangguran. Dalam jangka pendek, inflasi dan pengangguran berhubungan negatif. Sebaliknya, dalam jangka panjang tingkat inflasi dan tingkat pengangguran tidak memiliki hubungan. Pada tahun 1960-an, para ekonom percaya bahwa kurva Phillips jangka pendek stabil. Pada tahun 1970-an, peristiwa ekonomi menghancurkan asumsi bahwa kurva Phillips dapat diprediksi. Lantas, apa peristiwa ekonomi tersebut? Peristiwa ekonomi tersebut adalah stagflasi yang disebabkan oleh guncangan pasokan agregat. Guncangan pasokan agregat, seperti kenaikan biaya sumber daya, dapat menyebabkan kurva Phillips bergeser.

Itulah penjelasan lengkap mengenai hubungan inflasi dengan pengangguran. Hubungan inflasi dengan pengangguran dijelaskan dalam Kurva Philips. Dalam jangka pendek, inflasi dan pengangguran berhubungan negatif. Sedangkan dalam jangka panjang tingkat inflasi dan pengangguran tidak berhubungan.

4.      Solusi Inflasi Perspektif Ekonomi Islam

Secara teori, inflasi tidak dapat dihapus dan dihentikan, namun laju inflasi dapat ditekan sedemikian rupa. Islam sebetulnya pula solusi menekan laju inflasi seperti yang telah dikemukan oleh tokoh-tokoh ekonomi Islam klasik. Misalnya al-Ghazali (1058-1111) menyatakan, pemerintah mempunyai kewajiban menciptakan stabilitas nilai uang. Dalam ini al-Ghazali membolehkan penggunaan uang yang bukan berasal dari logam mulia seperti dinar dan dirham, tetapi dengan syarat pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah memastikan tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang.

Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi ini. Ia sangat menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan uang yang berlebihan. Ia berpendapat pemerintah seharusnya mencetak uang harus sesui dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat, tidak memunculkan kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa percetakan uang harus seimbang dengan trasnsaksi pada sector riil. Uang sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.

Di samping itu ia juga menyatakan bahwa nilai intrinsic mata uang harus sesuai dengan daya beli masyarakat. Penciptaan mata uang dengan nilai nominal yang lebih besar dari pada nilai intrinsiknya akan menyebabkan penurunan nilai mata uang serta akan memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai intrinsic uang menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan mata uang dan perdagangan mata uang di nilai ibn Taimiyah sebagai bentuk kezaliman terhadap masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.

Husain Shahathah menawarkan beberpa solusi untuk mengatasi inflasi adalah; 1) Reformasi terhadap system moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi. 2) Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dan belanja yang tidak bermanfaat. 3) Larangan menyimpan (menimbun) harta dan mendorong untuk menginvestasikannya. 4) Meningkatkan produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral. Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok merupakan yang krusial untuk bias mengendalikan inflasi.

Dalam perekonomian sekarang Bank sentral mempunyai peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Selain itu bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar uang mata uang domestic. Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia termasuk Indonesia.

 

 

 

 

 


 

BAB 3

PENUTUP

 

 

Kesimpulan

Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Semantara kondisi dimana terjadi penurunan harga dinamakan dengan deflasi. Dalam perspektif islam inflasi diartikan sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit uang terhadap suatu komoditas.



DAFTAR PUSTAKA

 

ejournal.stebisigm.ac.id/index.php/isbank/article/view/27

https://suherilbs.wordpress.com/2007/12/09/inflasi-dalam-perspektif-islam




0 Response to "MAKALAH INFLASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel